Seperti
kebanyakan warga Banjarmasin lainnya, gw adalah salah satu orang yang mengumpat
pembangunan Flyover, yang katanya bisa membebaskan lalulintas dari kemacetan.
Mengumpat bukan karena tidak setuju, namun merasakan tujuan pembangunan itu
malah berdampak sebaliknya.
Jalur
yang semula amat sangat gampang dilewati, bisa langsung menuju tujuan tanpa
kemacetan, atau tanpa dibuat pusing dengan pengaturan arah jalan, sekarang
malah sebaliknya.
Sesuai
pengumuman dan pemberitahuan yang gw baca hampir setahun yang lalu, Jalan A.
Yani akan mengalami kemacetan parah selama satu tahun akibat pembangunan
pondasi Flyover. Dan sekarang sudah hampir satu tahun sejak tahap pertama
pembangunan itu berjalan, tanda2 kearah kurangnya kemacetan masih jauh dari
janji.
Ahh,
to the point aja dah, ada beberapa hal yang mau gw sampaikan disini ( secara
kata2 diatas masih belum jelas ) :
1.
Pembangunan Flyover sebetulnya tidak urgent2
banget. Jauh lebih penting membangun jalan2 didalam kota yang merupakan penghubung
antar jalan kecil lainnya, sehingga lalu lintas tidak hanya terpusat di jalan
Provinsi. Secara langsung bisa
menghindarkan dari yang namanya kemacetan, karena otomatis lalu lintas akan
terbagi2 ke jalan2 dalam kota lainnya.
2.
Pembangunan ini hampir tidak bisa menolong
mengurangi kemacetan. Kenapa ? Karena pembangunan yang makan dana gede ini cuma
memiliki panjang 400 meter !!! Bayangkan, apa maksudnya itu? Dana gede hanya
untuk membebaskan kemacetan sejauh 400 meter, dan itu belum bisa dibuktikan sampai
saatnya nanti tiba, Flyover itu udah bisa dipakai. Beda halnya kalau Flyoner
dibangun dari tengah kota, sampai luar kota, dimana kemacetan emang sudah pasti
bisa diuraikan.
3.
Dampak langsung buat gw, pembangunannya malah
bikin jalan tambah macet. Sekarang berangkat kerja harus lebih pagi kalo ingin
pake mobil, dan kalo telat berangkat, terpaksa naik motor, macet2an tentu saja.
Pulangnya lebih parah, gw harus keliling lagi, jalan dibikin satu arah, dan gak
boleh melewati area pembangunan, keliling lewat Gatot Subrotom bersaing
memperebutkan 2 jalur utama dengan mobil2 lainnya (-_-)”
4.
Kelemahan proyek, dan mungkin hal ini yang telat
dipikirkan oleh pihak yang membangun adalah tidak adanya jalan alternatif.
Seharusnya sebelum diadakan pembangunan Flyover, diadakan dulu perbaikan
jalan-jalan alternatif, perluasan jalan, peningkatan mutu jalan, pengaspalan,
dan pengaturan lalu lintas. Masalahnya, yang terjadi saat ini amat sangat aneh,
tiba2 jalan Flyover dihalangi seng-seng yang memakan setengah lintasan jalan
raya, tanpa menyediakan jalur alternatif yang siap difungsikan, akhirnya
kemacetan tidak terhindarkan, karena volume lalu lintas melebihi lebar jalan
yang bisa dilalui.
5.
Setelah jalan beberapa bulan, kemudian pihak
pembangun ( gw pengen nyebut demikian ) mulai memikirkan perluasan jalan dan
perbaikan di sana-sini. Entah kenapa, jalan A. Yani ikut dilebarkan lagi. Bukan
dengan membuka seng-seng penghalang, namun malah melebarkan ke arah kiri, yang
notabene-nya ada sungai, resapan air. Walhasil, pohon2 yang merindangkan A.
Yani ikut dikorbankan, dan sungai yang sudah mulai gak bisa menampung air hujan
dengan baik malah disempitkan karena sebagiannya diapakai untuk pelebaran
jalan. And you know what, sungai
mengecil, dan silakan tunggu khasiatnya saat musim hujan tiba, gw yakin jalur
yang dicita-citakan meng-kelarkan masalah macet, akan menjadi kawasan banjir.
Masalah baru, kawan :-)
6.
Dan akhirnya, masalah diatas kayaknya belum
cukup untuk mempersempit jalur air di pinggiran jalan A. Yani. Jalur
pembangunan Flyover gak cuma merugikan pelalu lintas secara langsung, tapi juga
badan penyedia air bersih di Banjarmasin. Pembangunan itu turut mengubah jalur
pipa PDAM, yang selama bertahun2 sudah berada di tempat semestinya, malah harus
berganti arah, karena pondasi Flyover mengenai pipa pengiriman air bersih. Dan
hasilnya, dalam beberapa hari ini, pengiriman air PDAM ke pelanggan, malah mati
total karena adanya proses pemindahan jalur pipa. Menyusahkan emang !!!
7.
Last, but not least, dengan adanya pembangunan Flyover
ini, jalur lalu lintas mengalami perombakan. Jalur yang semula lancar, ramai,
merupaka iklim yang bagus bagi para usahawan di pinggir2 jalan. Berbagai macam
usaha berjalan dengan baik dan berkembang pesat, bengkel, showroom, tempat cuci
mobil, usaha jualan makanan, toko-toko lainnya, pokoknya rame banget dah. Dan
sekarang sudah mulai berkurang. Jalur yang semula mudah dicapai sekarang malah
susah, harus memutar jalan, harus bermacet-maceta ria, mengikuti satu jalur
yang penetapannya masih membingungkan, mangekibatkan beberapa usaha malah sepi,
bahkan tutup. Dampak negatif sejauh ini yang gw lihat.
Cukkk !!!!